Jakarta Bicara – MSM Group Daerah Malalak Kabupaten Agam Dihantam Galodo atau Banjir Bandang

Malalak Kabupaten Agam Dihantam Galodo atau Banjir Bandang

MediaSuaraMabes, Agam Sumbar – Hujan deras yang mengguyur wilayah Malalak sejak Rabu (26/11) siang kembali memicu banjir bandang atau galodo di Jorong Toboh Tangah, Nagari Malalak Timur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).

Peristiwa yang terjadi pada sore hari itu menegaskan kembali tingginya kerentanan daerah tersebut terhadap bencana hidrometeorologi, terutama longsor dan galodo ketika cuaca ekstrem melanda kawasan perbukitan.

Dari rekaman visual yang dibagikan melalui media sosial Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Agam, terlihat jelas bagaimana material lumpur dan serpihan kayu menutupi jalan serta area permukiman warga.

Dalam video berdurasi singkat itu, permukaan tanah berubah menjadi hamparan lumpur pekat, disertai batang pohon dan bongkahan tanah yang terbawa arus dari kawasan hulu.

Jejak aliran air yang mulai surut pada pukul 18.10 masih memperlihatkan betapa kuatnya terjangan galodo yang melanda wilayah tersebut.

Galodo datang secara tiba-tiba, membuat warga tidak sempat menyelamatkan banyak barang. Selain merusak sejumlah lahan, derasnya arus membawa material dari perbukitan dan mengarahkannya tepat ke jalur pemukiman.

Akses jalan di Jorong Toboh Tangah pun tertutup material lumpur yang tebal, membuat kendaraan tidak bisa melewati beberapa titik yang licin dan berbahaya. Kondisi itu memaksa masyarakat memilih bertahan hingga situasi benar-benar dinyatakan aman.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Kabid KL) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Abdul Gafur mengatakan, peristiwa serupa terus berulang dalam beberapa bulan terakhir.

Menurutnya, kondisi geografis Malalak yang berada di dataran tinggi menjadi salah satu faktor alamiah yang membuat wilayah ini cepat terdampak ketika hujan lebat terjadi.

“Air dari perbukitan mengalir sangat cepat ke pemukiman. Begitu hujan intens, risiko galodo meningkat signifikan,” katanya, Rabu malam.

Cuaca ekstrem, katanya, bukan satu-satunya persoalan yang memperburuk situasi. Sehari sebelum banjir bandang terjadi, aliran listrik di kawasan tersebut sudah padam.

“Kondisi itu membuat warga kesulitan memantau perkembangan cuaca dan tidak dapat mengakses informasi penting, terutama yang berkaitan dengan peringatan dini bencana. Ketika malam tiba, gelap total memperbesar kecemasan warga terhadap kemungkinan galodo susulan,” katanya.

Meski hujan telah mereda, warga tetap bersiaga. Hingga Rabu malam, sejumlah penduduk memantau perkembangan arus dari arah sungai dan perbukitan, memastikan tidak ada pergerakan air tiba-tiba yang berpotensi menimbulkan bencana lanjutan.

Sebagian lainnya mulai membersihkan halaman rumah dari endapan lumpur sebagai langkah awal mengurangi risiko material tambahan terbawa ke permukiman.

Galodo yang kembali melanda Jorong Toboh Tangah menegaskan bahwa perubahan pola cuaca, terutama meningkatnya intensitas hujan ekstrem, tidak lagi dapat dianggap sebagai kejadian musiman belaka.

“Bencana hidrometeorologi kini semakin sering muncul, dan masyarakat di daerah lereng harus terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi ancaman tersebut,” tutur Abdul Gafur.

Afrinaldo

0 Likes

Author: admin