MediaSuaraMabes, Babel – Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Bangka Belitung menggelar kuliah umum di Universitas Bangka Belitung (UBB), Rabu (26/11/2025).
Kuliah umum yang digelar bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan Universitas Bangka Belitung ini membahas tentang peran Kampus sebagai ruang pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme (IRET) serta upaya antisipasi kerentanan Mahasiswa dan keterlibatan anak muda dalam jaringan ekstremisme kekerasan.
Dari pantauan, kuliah umum ini dibuka oleh Rektor UBB Prof. Ibrahim bersama Kasatgaswil Densus 88 AT Polri Babel AKBP Maslikan S.Sos., M.Si.
Tak hanya itu, kuliah umum ini semakin menarik karena menghadirkan Narasumber Dr. Rida Hesti Ratnasari, M.Si., CRGP yang merupakan peneliti dan akademisi yang banyak mengkaji dinamika ekstremisme, termasuk perkembangan jaringan dan narasi yang berkaitan dengan HTI.
AKBP Maslikan dalam sambutannnya mengatakan kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi pihaknya bersama FKPT Provinsi Babel serta didukung oleh berbagai pemangku kepentingan seperti Polda Babel, Kesbangpol, Binda dan Kemenag Babel.
“Ini bentuk kolaborasi lintas lembaga dalam memperkuat pencegahan intoleransi, radikalisme, ekstremisme dan terorisme dilingkungan kampus. Tentunya hal ini, bukan hanya tugas aparat keamanan saja tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, termasuk institusi pendidikan,” kata Maslikan.
Menurut Maslikan, mahasiswa merupakan kelompok yang rentan terpapar dari intoleransi dan ekstremisme kekerasan.
Oleh karenanya, kata Maslikan, kampus memiliki peran sangat penting dalam membangun daya tangkal bagi mahasiswa dari semua itu.
“Mahasiswa adalah kelompok yang rentan direkrut jaringan ekstrem. Oleh sebabnya, Kampus harus menjadi ruang aman, sehat dan kritis terhadap segala bentuk penyimpangan ideologi,” kata Maslikan.
Perwira menengah Polri ini turut memaparkan bagaimana fenomena radikalisasi dini, intoleransi dan digital rekrutmen yang saat ini semakin cepat berkembang terutama melalui media sosial hingga platform komunikasi yang sulit diawasi.
Apalagi, lanjut AKBP Maslikan, kelompok ekstremisme kekerasan tidak lagi menyasar individu dewasa tetapi juga remaja dan mahasiswa yang masih berada dalam proses pencarian jati diri.
“Kondisi inilah yang mengharuskan kita untuk membangun ketahanan kampus melalui literasi digital, pemahaman keagamaan yang moderat serta ruang dialog yang sehat,” paparnya.
Lebih lanjut, Maslikan berharap kuliah umum dan dialog interaktif ini dapat menjadi sumber pengetahuan penting dalam memahami dinamika sosial kelompok rentan dan proses radikalisasi dalam konteks Indonesia.
Senada, Dr. Rida Hesti Ratnasari, M.Si., CRGP turut menyoroti pola infiltrasi kelompok ekstrem, kerentanan mahasiswa serta strategi memperkuat moderasi beragama dan ketahanan ideologis anak muda.
Menurutnya, pengaruh ideologi intoleran saat ini sudah banyak bergerak di ruang digital yang ada.
“Pengaruh ideologi intoleran kini banyak bergerak di ruang digital. Mahasiswa harus dibekali kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terjebak narasi yang berujung pada radikalisme,” ujar Dr. Rida dalam penjelasan materinya.
Sementara, pihak dari UBB sendiri turut menegaskan komitmen bersama dalam memperkuat ekosistem pendidikan tinggi yang aman, toleran dan inklusif.
Sinergitas ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas sivitas akademika dalam pencegahan radikalisasi, mekanisme deteksi dini potensi ekstremisme, literasi digital dan kebangsaan di kalangan mahasiswa hingga ketahanan ideologi generasi muda dari ancaman narasi kekerasan.
“Kami menyatakan siap menjadi kampus yang aktif dalam upaya pencegahan intoleransi dan ekstremisme melalui edukasi dan penguatan karakter kebangsaan,” ungkap Prof. Ibrahim, Rektor UBB.
(edi babel74).
